Refleksi Kurikulum 2013 dan Mutu Guru

Setiap ganti menteri kurikulumnya berganti. Setiap ada perubahan seperti ini memang terkesan kurang konsisten dan istiqamah. Bagaimana pendidikan bisa berkembang dengan pesat jika kurikulumnya selalu berganti, guru-guru masih belajar dan mendalami kurikulum yang ada format baru datang lagi. Kapan pendidikan kita menjadi pendidikan yang ajeg? Pendidikan yang berkualitas. Disisi lain kita juga tahu bahwa setiap perubahan tidak mesti langsung disepakati semua pihak. Orang yang menyampaikan kebenaran sekelas Nabi sekalipun masih banyak menemui tantangan dan cobaan. Hal itupun akan terjadi pada Kurikulum 2013 ini. Terlepas kemudian kurikulum baru ini merupakan sebuah revolusi pendidikan Indonesia menuju masyarakat yang cerdas dan bermabat. Kita semua belum tahu.

Inilah Tahapan Perubahan Kurikulum di Indonesia dimulai tahun 1947 Rencana Pelajaran 1947, dimana  kemerdekaan Indonesia waktu itu masih seumur jagung. Kurikulum ini masih banyak mengadopsi Pendidikan Penjajah, mungkin masyarakat Indonesia waktu itu masih pada belum cerdas kali ya hehehe. Selanjutnya, Rencana Pelajaran Terurai 1952, pada fase ini pendidikan kita sudah mulai menemui titik terang. Dengan adanya silabus mata pelajaran yang lebih jelas. Kurikulum 1968, ini awal dari kekuasaan Orde Baru, pada fase ini kebijakan kurikulum kita masih sarat dengan kepentingan politik. Karena PKI dan kekuasaan Bung Karno baru saja musnah. Yang jelas, Soeharto sebagai Preseiden Orde Baru mulai menanamkan cengkaraman politiknya tak terlepas pada dunia pendidikan. Buktinya, dia bisa berkuasa sampai 1998. Kurikulum 1975, merupakan kelanjutan dari Kurikulum 1968. MBO (management by Object) adalah tawarn menarik pada fase ini. Kurikulum 1984 pada tahap ini dikenal dengan Skill Approach. Kurikulum 1994 dan Suplemen Kurikulum 1999 tahapan ini sudah kombinasional. Kurikulum Berbasis Kompetensi pada tahun 2004 dan Tahun 2006 – Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Dan sekarang akan digulirkan kurikulum 2013 pada masa Kepemimpinan Muhammad Nuh ini. (sumber: http://ekagurunesama.blogspot.com, dan hasil tanya sama Mbah Google).

Ada banyak perubahan pada kurikulum kita, pertanyaannya kemudian adalah Apakah setiap perubahan itu adalah suatu yang sia-sia? Atau memang sesuai dengan kebutuhan bangsa ini?

Yang jelas, guru yang berkualitas adalah keniscayaan. Seperti pepatah yang mengatakan: “Guru kencing berdiri murid kencing berlari”. Pepatah sederhana namun penuh makna. Pepatah yang terlahir dari kearifan budaya lokal. Disitu tidak disebutkan “Guru yang bodoh akan melahirkan murid yang goblok”, atau hal lain yang berkenaan dengan kemampuan intelektualitas. Tapi moral yang sangat ditekankan. Karena dengan akhlak yang baik, ilmu pengetahuan-pun akan ikut. Sama halnya dengan orang menanam ilalang dia tidak akan bisa menuai biji padi, akan tetapi ketika padi yang ditanam ilalang-pun ikut menyertai. Hal ini juga selaras dengan apa yang disabdakan baginda Rasul, bahwa diutus kedunia ini untuk menyempurnakan akhlak yang baik.

Kurikulum merupakan dasar peijakan dalam pelaksanaan pendidikan. Idealnya, diadopsi dari nilai-nilai budaya luhur masyarakat Indonesia yang disebut kerifan lokal, dengan tidak tutup mata pada perkembangan yang ada. Kemudian, bagaimana ingin membawa masyarakat Indonesia pada kedudukan yang tinggi dalam prestasi dan peradaban jika kurikulumnya tidak sesuai dengan kriteria diatas. Namun, jauh daripada itu yang lebih penting adalah bagaimana pelaksana pendidikan yang berhadapan langsung dengan peserta didik, dalam hal ini guru, mampu mengimplentasikan nilai kearifan lokal yang dipadu dengan perkembangan kemajuan zaman.

Oleh karena peran guru sangat penting dalam peroses pendidikan maka kualitas pada guru harus terus dipacu. Jangan berharap misalnya seorang guru ingin agar peserta didiknya tidak ikut terkontaminasi pornografi jika dia gaptek alias gagap teknologi hehe… Padahal media pornografi saat ini begitu merajalela didunia maya. Siapapun, dari anak kecil sampai orang yang sudah tua renta dapat mengakses. Jika guru tidak mengimbangi kemajuan teknologi jangan harap bisa memberikan pemahaman dan filter yang baik pada perserta didiknya. Wong dia sendiri tidak bisa internetan hehehe..

Sementara itu, berapa banyak upaya pemerintah untuk meningkatkan kualitas guru. Kalo kita berkaca pada UKG kemarin, dimana guru-gur yang bersertifikasi di uji kemampuannya, ternyata guru-guru kita hanya mendapatkan nilai rata-rata 44, 5 (sumber: http://www.tempo.co). Sungguh luar biasa, atau biasa diluar ya hehehe… Secara logika bisakah kira-kira guru-guru dengan nilai dibawah rata-rata itu bisa melahirkan murid yang diatas rata-rata??

Jika kurikulum itu adalah kitab suci seberapa banyak upaya para pemuka agama untuk melatih dan mendidik bahkan meng-upgrade umatnya agar bisa memahami dan mengamalkan ajaran kitab suci itu secara utuh. Jika memang kurikulumnya harus diganti, ganti saja, itu tidak ada persoalan. Tapi jangan lupakan kualitas dan kapebelitas pada diri guru. Berikan guru pendidikan, pelatihan dan jangan lupa sejahterakan guru, terutama yang bukan PNS ya hehehe…

About Light 4 All

Berbagi untuk Bersama

Posted on April 22, 2013, in Inspirasi Kita, Media Pembelajaran and tagged , , , , , , , . Bookmark the permalink. 11 Comments.

  1. seorang guru memang juga harus bisa mendidik bukan hanya mengajar,, untuk mengasilkan generasi penerus bukan hanya unggul tapi juga berakhlak,,,,

    Like

  2. mohamadsolihin

    seorang guru memang seharusnya juga bisa mendidik bukan hanya megajar,,,

    Like

  3. Betul, mengajar dengan mengedepankan nilai-nilai moral dan akhlak merupakan asas utama setelah keimanan, akhlak itu buah dari iman.

    Like

  4. Repotnya di Indonesia ini semua kebijakan bernuansa politik, Semuanya dibawa ke ranah Politik. Capedeh

    Like

  5. Kurikulum 2013 itu kan sudah pernah ada di Indonesia, hanya flash back kembali ke Kurikulum 1978

    Like

  6. Asih Dhana Safitri

    Kurikulum itu berubah atau tidak kan sesuai dengan kebutuhan. Jika memang hari ini perubahan itu diperlukan mengapa tidak. Tapi gurunya siap ga?????

    Like

  7. kerjasama guru dengan aktivis pendidikan lain harus kompak u/ kemajuan generasi muda, jangan mementingkan ego dalam pendidikan, hal ini akan meramba kpd generasi muda yang senang”nya mencoba hal baru.,.,
    beri mereka hal positif, dan jangan tampakkn hal negatif bila qt tidak ingin Indonesia lama” rapuh karena generasinya yang semakin terpuruk karena ulah senior”nya,.

    Like

  8. Perubahan kurikulum akan menjadi baik jika mendatangkan kemaslahatan. Bukan hanya bagi segolongan orang, tetapi untuk kemaslahatan bagi seluruh rakyat Indonesia..

    Like

  9. teorinya memang kurikulum harus punya daya adaptif, karena dunia ini terus berputar dan waktu terus berjalan, tapi setiap perubahan yang ikhlas tanpa tendensi apa2

    Like

  10. Perubahan Kurikulum tidak akan membuat kita berhenti berkarya dan berprestasi
    Betuuullll????

    Like

  11. Ya tergantung kita menyikapinya dengan respon positif atau negatif. Jika memang perubahan itu kita anggap menjadi suatu tantangan agar kita lebih baik tentunya peningkatan mutu akan kita dapatkan

    Like

Memberikan Komentar