Perjalanan Pagi 5: Orang Tua

Hari ini, hari pencoblosan. Bagi yang nyoblos hehe.. Hari ini Pemimpin Kota Malang untuk 5 tahun kedepan ditentukan.

Tadi pagi jam 05.00 Andi telp Ibundanya menanyakan kabar Pilkades di desa kelahirannya, ternyata Incumben masih menjadi pemenang. Seperti biasa keadaan tidak begitu saja langsung kondusif, yang kalah mesti mengeluarkan banyak klaim kecurangan, ketidak adilan dan semacamnya sehingga dia kalah. Cerita-cerita seperti itu masih hangat.

Namun, jauh dibalik itulove maksud Andi telp Ibudanya bukan untuk itu tapi ingin menyapa dan tanya kabar. Bagaimana kesehatan Ibunda hari ini. Bagi Andi, mendengar suara Ibundanya saja sudah mampu membuatnya semangat. Saat sedang kalut, telpon bunda, hatinya berangsur tenang, walaupun materi pembicaraan hanya aktifitas sehari-hari saja. Memang luar biasa seorang Ibu. Sosok yang rela berkorban tanpa mengharap balas jasa. Asal melihat anaknya dapat suami/istri yang baik, punya penghasilan (bukan kerjaan loya), itu saja orang tua sudah merasa bahagia dan tenang. Untuk kita: Apa yang sudah kita perbuat untuk membalas jasa-jasa beliau?

Andi berangkat kerja diiringi lambaian tangan Atha putrinya yg masih berumur 10 bulan. Menyusuri jalanan pagi yang tidak serame biasanya, hari ini ada sebagian institusi meliburkan diri mungkin karena Pilwali Kota Malang. Tapi tempat kerja Andi tidak libur karena bukan Malang Kota, tapi Malang Kabupaten.

MSG (Morning Spritual Gathering)

Pemateri MSG hari ini membuka dengan ayat:

Dan Tuhanmu telah perintahkan, supaya engkau tidak menyembah melainkan kepada-Nya semata-mata dan hendaklah engkau berbuat baik kepada ibu bapa. Jika salah seorang dari keduanya atau kedua-duanya sekali, sampai kepada umur tua dalam jagaan dan peliharaanmu, maka janganlah engkau berkata kepada mereka (sebarang perkataan kasar) sekalipun perkataan “Ha” dan janganlah engkau menengking menyergah mereka, tetapi katakanlah kepada mereka perkataan yang mulia (yang bersopan santun).“. (QS. Al Isra’: 23).

Perintah untuk berbuat baik pada orang tua. Setelah sedikit menjelaskan maksud dari ayat diatas pemateri kemudian bercerita:

Cerita Pertama: Ayah dan Burung Gagak

Di suatu hari duduklah seorang anak dengan ayahnya. Kemudian si Ayah bertanya;

“Apa itu nak?” Sambil Menunjuk ke burung gagak yang terbang

“Burung gagak yah”. Jawab anak dengan suara pelan.

Selanjutnya si Ayah bertanya lagi.

“Apa itu nak?”

Si Anak menjawab “Burung gagak Ayah.., dia kira mungkin ayahnya tidak mendengar jawabannya tadi.

Selanjutnya, si Ayah bertanya lagi dengan pertanyaan yang sama. “Apa itu nak?”

Si Anak kayaknya sudah mulai mangkel. Sudah 3x bertanya pertanyaan yang sama, gima seh, apa ga mendengar jawabannya tadi, masak sudah dijawab 2x masih tanya lagi. Dengan agak mangkel dia menjawab “Burung gagak yah!” Darahnya sudah mulai naik.

Untuk yang ke-empat kalinya sang Ayah tanya lagi dengan pertanyaan yang sama, “Itu apa nak?” Si anak menggerutu, apa seh maksudnya, kok bolak-balik tanya dengan pertanyaan yang sama. Apa ga ada materi lain. Masa tanya itu saja dari tadi. “Burung gagak yah, itu burung gagak  sambil tangannya menunjuk ke burung itu”. Kayaknya dia sudah benar-benar mangkel.

Anehnya di saat-saat seperti itu sang Ayah tanya lagi dengan pertanyaan yang sama, “Itu apa nak?”, Sang anak kayaknya sudah hilang kesabarannya dengan berdiri sambil melihat ayahnya dia menjawab “Itu burung gagak yah!! Ayah ini gima seh, sudah 5x nanya masih belum ngerti juga”. 

Melihat anaknya begitu sang Ayah langsung masuk kamar, dan tidak lama kemudian keluar dengan buku diare ditangannya, disalah satu halaman buku harian itu tercatat:

Pada saat yang sama, duduk di depan teras, ada burung gagak terbang. Seorang anak bertanya pada Ayahnya “Itu apa yah?” Kata si Anak sambil menunjuk ke burung gagak, sang Ayah menjawab “Itu burung gagak nak…”

Berulang-ulang pertanyaan itu dilontarkan sang Anak, sampe 25 x pertanyaan, sang Ayah menjawabnya “Itu burung gagak nak…” Seraya tersenyum, berusaha memberi tahu anaknya dengan ikhlas dan sabar bahwa binatang yang terbang itu namanya adalah burung gagak. Dia ingin anak mulai mengerti nama-nama  hewan.

Membaca isi diare itu sang Anak langsung menangis memeluk ayahnya. Menyadari kesalahan yang dia perbuat. Baru ayahnya 5x bertanya dia sudah marah, sedangkan waktu kecil, dengan 25 x pertanyaan yang sama sang Ayah menjawabnya sabar.

Cerita kedua: Ibu dan Pemuda Tampan

Konon, di negeri Taiwan hiduplah seorang pemuda dengan tampang yang rupawan. Banyak sekali orang yang suka padanya. Teman-tamanya, pemilik perusahaan tempat dia bekerja, bahkan anak yang punya perusahaan juga senang padanya. Karena dia dianugerahi wajah yang rupawan.

Tapi ternyata, dirumah tempat dia tinggal ada seorang perempuan tua, dengan kepala yang botak, rambutnya kriting bekas luka yang berkepanjangan. Dan wajah perempuan tadi gosong, hitam. Wanita itu buruk rupa, mungkin ketika orang melihatnya langsung jijik. Ternyata perempuan tua itu adalah ibu dari pemuda yang rupwan tadi.

Selain tampan, pemuda itu juga supel sehingga semakin banyak teman yang menyukai, dan bahkan tidak segan-segan main kerumahnya. Hingga suatu hari beberapa teman cowok main kerumah pemuda itu. Mereka bercengkrama, berbincang ngalor-ngidul. Biasa, paling materinya tidak jauh dari dunia pemuda, ya tentang ceweklah, curhat kerjaanlah dan lainnya.

Setiap ada teman pemuda itu main, sang ibu selalu berusaha untuk tidak keluar, apalagi keruang tamu. Mungkin beliau sadar anaknya akan malu jika teman-temannya tahu punya ibu buruk rupa. Hingga tanpa sengaja, hari itu saat teman-teman anaknya ngobrol sang ibu keluar dan mereka melihat. Dengan penasaran satu diantara mereka bertanya Siapa perempuan tua itu? Dengan sedikit gugup pemuda itu menjawab, “Oh.. itu tadi …. itu pembantu saya, sejak ibu meninggal saya dengan pembantu…” jawab si pemuda.

Seringkali jawabannya ketika ada yang bertanya siapa perempuan tua. Hingga suatu saat sang ibu tanpa sengaja mendengar.

Siapa orang tua yang tidak sakit hati ketika dia dianggap pembantu oleh anaknya sendiri. Tapi sang ibu tidak mengeluh, dia simpan perasaannya yang terluka, sedih. Berhari-hari perasaan itu dia simpan hingga akhirnya jatuh sakit.

Tidak ada yang masak dirumah itu, tidak ada yang nyetrika baju pemuda itu. Ketika mau berangkat kerja sepatu disemir sendiri, masak sendiri, cuci baju sendiri. Melihat keadaan itu, si pemuda timbul keinginan untuk menyewa pembantu. Tapi keuangannya tidak cukup, wong kadang untuk mememnuhi kebutuhan sehari-hari saja kadang masih pinjam.

Kesallah pemuda itu, marah, kalut. Akhirnya, dia membongkari semua isi gudang, lemari barangkali ada benda berharga yang bisa dijual. Kesana kemari dia mencari tidak ada barang berharga satupun yang dia temukan, hingga didalam salah-satu lemari dia menemukan kotak emas.

Dengan girang dia membuka isi kotak itu, ternyata tidak ada emas. Yang ada hanyalah selembar foto dan sobekan koran.

Dia perhatikan wajah di foto itu, begitu cantik nan rupawan. Kemudian dia baca koran itu yang ternyata adalah sebuah berita kepahlawanan seorang ibu yang rela terbakar demi menyelamatkan anaknya yang masih kecil.

Pemuda itu sadar, foto itu adalah ibunya dan anak yang diselamatkan itu adalah dirinya yang saat ini mempunyai tampang yang rupawan.

Cerita diatas hanya sebagian dari banyak pengorbanan orang tua kita, dan kebanyakan dari pengorbanan itu kita tidak tahu, dan beliau tidak mau ngasi tahu. Orang tua kita hanya ingin kita hidup layak dan bahagia.

Semoga kita jadi orang yang senantiasa berbakti pada orang tua, dan anak-anak kita berbakti pada kita. Amin ya Rabbal Alamien.

About Light 4 All

Berbagi untuk Bersama

Posted on May 23, 2013, in Inspirasi Kita. Bookmark the permalink. 5 Comments.

  1. Nice post and nice Web
    so want to make like this 😀

    Like

  2. terharu pak 😦
    jadi ingat orang tua di rumah… huhuhuhu

    Like

  3. good good good 😦

    Like

  4. kasih sayang orang tua tak kan habis meski anak durhaka sekalipun,,

    Like

Memberikan Komentar